Nonton aja





Tuesday, May 11, 2010

Tak Pernah Tua, Gadis 17 Tahun Terjebak dalam Tubuh Balita



Brooke (kiri), adiknya Carly. Baltimore, AS. Usia 17 tahun tentunya menjadi usia yang sangat berkesan bagi kebanyakan remaja. Tapi tidak bagi Brooke Greenberg, gadis berusia 17 tahun yang terjebak dalam tubuh dan pikiran balita.

Dengan usianya yang 17 tahun, tinggi gadis asal Amerika Serikat ini hanya mencapai 76,2 cm, yang sama dengan tinggi balita usia 1 tahun. Ia telah mengalami kegagalan dalam berkembang secara fisik atau mental.

Brooke yang tak pernah tua, kasusnya telah menarik ilmuwan untuk membantu membuka rahasia penuaan.

Brooke dilahirkan di Reistertown dekat Baltimore di Amerika Serikat. Awalnya ia tampak seperti bayi normal dan sehat.

Tapi sebelum usia 2 tahun, ia menderita serangkaian keadaan medis darurat yang tidak dapat dijelaskan. Hal ini membuat orangtuanya, Melanie dan Howard sadar bahwa putri mereka berkembang tidak normal.

Dokter tidak dapat memberikan penjelasan medis untuk kondisi tersebut, tetapi percaya bahwa di berbagai bagian tubuh Brooke tidak sinkron dan tidak berkembang secara terkoordinasi.

Tuesday, May 4, 2010

Abdominal compartment syndrome

BAB I

LATAR BELAKANG

Sindrom kompartemen terjadi bila kompartement terfiksir yang dibentuk dari elemen miofasial atau tulang menjadi sesuatu yang dapat meningkatkan tekanan sehingga menjadikan daerah tersebut iskemi dan terjadi disfungsi organ. Seperti yang terjadi di ekstremitas, hal tersebut dapat juga terjadi di abdomen dan juga rongga intracranial. Kondisi klinis yang pasti mengenai sindrom kompartemen abdominal masih kontroversial. Bagaimanapun, disfungsi organ yang disebabkan oleh hipertensi intra abdomen berhubungan dengan sindrom kompartemen abdominal. Disfungsi tersebut dapat berupa insufisiensi respirasi sekunder yang menekan volume tidal, menurunkan produksi urin karena kegagalan perfusi ginjal atau disfungsi organ lain yang disebabkan peningkatan tekanan kompartemen di abdomen.1

Sindrom kompartemen abdomen (ACS) terjadi berdasarkan peningkatan tekanan intraabdominal (IAP), dengan konsekuensi patofisiologi terhadap seluruh organ. Setelah cedera, sebagian besar kasus perut luka serius dengan pendarahan massif intraabdominal dan retroperitoneal di rongga perut karena koagulopati, atau pada tamponade perdarahan non-bedah di perut, panggul atau ruang retroperitoneal, atau akumulasi koagulan darah, tetapi juga dalam kasus edema dan kebocoran dinding usus dari volume resusitasi massif dan perfusi atau dalam kasus ketegangan penutupan dalam rongga abdomen. Namun ACS juga terjadi setelah operasi berlarut-larut rongga abdomen. Gambaran klinis ACS dijelaskan oleh Ivatury pada tahun 1997, dengan ciri distensi perut, hipoksia dan hypercapnia dengan oliguria sampai anuria, saat ini disfungsi organ disesuaikan hanya setelah melakukan dekompresi abdomen.2